Makalah pratikum Teknik
Pengemasan Hasil Pertanian
KEMASAN
KALENG / LOGAM PADA PENGEMASAN PANGAN
Oleh:
Citra
Vitaloka Mysa
1405106010006
LABORATORIUM TEKNIK PASCA PANEN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemasan
memang bukan yang utama namun memegang peranan penting dalam mendapatkan hati
konsumen untuk memilih produk tertentu.Kemasan sangat mempengaruhi penampilan
produk sehingga menarik konsumen.Kemasan juga sangat penting dalam menjaga
keawetan dan higienitas produk untuk dalam jangka waktu tertentu. Pengemasan
merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan
pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah
mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara
kuantitas maupun kualitas.
Pengemasan
memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan hasil
pertanian.Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran).Disamping itu
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi.Dari segi
promosi wadah atau pembungkusan berfungsi sebagtai perangsang atau daya tarik
bagi konsumen.Karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan
perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Secara
tradisional nenek moyang kita menggunakan bahan kemasan alami untuk mewadahi
bahan pangan seperti buluh bambu, daun-daunan, pelepah atau kulit pohon, kulit
binatang, rongga batang pohon, batu, tanah liat, tulang dan sebagainya. Pada
industri modern berbagai kemasan dan proses pengemasan telah beragam. Kemasan
dengan variasi atmosfir, kemasan aseptic, kemasan transportasi dengan suhu
rendah dan lain-lain telah memperluas horizon dan cakrawala pengemasan hasil
pertanian.
Di balik
kelebihan-kelebihan yang dimiliki bahan kemas, penggunaan bahan kemas yang
sembarangan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan
juga kesehatan manusia.Terdapat beberapa bahan kemasan yang umumnya sulit untuk
didegradasikan (diuraikan) oleh mikro organisme sehingga dapat menimbulkan
masalah pencemaran lingkungan.Sedlain itu beberapa jenis bahan kemasan juga
dapat melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu kanker) pada kondisi
tertentu.Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan bahan kemasan yang masih
sangat minim, padahal dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap saat mereka
terlibat dengan bahan pangan yang dikemas.Untuk
itulah penulis menulis makalah ini, sebagai salah satu wujud kepedulian penulis
terhadap permasalahan yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan bahan
kemasan.Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
tentang bahan kedmasan dan permasalahan-permasalahan yang ditimbulkannya,
sehingga para pembaca dan penulis khususnya, dapat memanfaatkan bahan kedmasan
secara lebih bijaksana demi keselamatan hidup kita dan bumi yang kita tempati
ini. Pengemas yang berbahan dasar logam diantaranya adalah aerosol, two piece
can. Three piece cab, aluminium foil, dan logam komposit. Yang pertama adalah
aerosol, Aerosol memiliki kelebihan diantaranya adalah tahan terhadap suhu
tinggi, namun kurangnya adalah penggunaannya yang cukup sulit, yang kedua
adalah two piece can. Dikatakan two piece kerena sacara umum, bahan ini terdiri
dari kaleng yang berbentuk gelas dan tutup. Two piece kemudahannya untuk
dibentuk, penampilan yang menarik dan kehigienisan yang cukup tinggi. Namun
terdapat kekurangan yaitu mudah penyok dan harga yang agak mahal, yang ketiga
adalah three piece can. Secara umum sama seperti two piece can. Perbedaannya
adalah aluminium foil. Bahan ini sangat praktis untuk digunakan. Dengan
kemampuan untuk tahan suhu tinggi, bahan
ini biasa digunakan untuk alas bahan pangan yang akan mengalami
proses penapasan kelebihan lainnya adalah bahan ini sangat mudah untuk
dibentuk dan digunakan , namun kekurangannya adalah mudah robek dan harganya
yang cukup mahal serta hanya bisa campuran dari logam dengan kertas, plastik,
dan bahan lain. Kelebihan dari bahan ini adalah harganya yang agak mahal dan
proses pembuatan yang cukup sulit.
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi daya awet bahan pangan yang telah dikemas adalah :
1. Sifat alamiah dari bahan pangan dan mekanisme dimana bahan
ini mengalami kerusakan, misalkan kepekaannya terhadap kelembaban dan oksigen,
dan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan kimia dan fisik di dalam bahan
pangan.
2. Ukuran bahan pengemas sehubungan dengan
volumenya.
3. Kondisi atmosfer (terutama
suhu dan kelembaban) dimana kemasan dibutuhkan untuk melindungi selama
pengangkutan dan sebelum digunakan.
4. Ketahanan bahan pengemas
secara keseluruhan terhadap air, gas atmosfer dan bau, termasuk ketahanan dari
tutup, penutupan dan lipatan.
Wadah logam
dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno sebagai lambang
prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan
pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan
makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun
1810 Peter Duran dari Ingris menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood
(imigran asal Inggris) mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di
Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara
pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai
logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama
kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama
sekali tahun 1965. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya
dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng
termasuk cara pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng
alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan
alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau
pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun
1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak
ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.
Aluminium
merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan daripada
baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan
masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.
Tetapi penggunaan aluminium sebagai bahan kemasan juga mempunyai kelemahan
yaitu kekuatan (rigiditasnya) kurang baik, sukar disolder sehingga sambungannya
tidak rapat sehingga dapat menimbulkan lubang pada kemasan, harganya lebih
mahal dan mudah mengalami perkaratan sehingga harus diberi lapisan tambahan.
Reaksi aluminium dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan
lapisan film yang tahan terhadap korosi dari atmosfir. Penggunaan aluminium
sebagai wadah kemasan, menyebabkan bagian sebelah dalam wadah tidak dapat
kontak dengan oksigen, dan ini menyebabkan terjadinya perkaratan di bagian
sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah terjadinya karat, maka di bagian dalam
dari wadah aluminium ini harus diberi lapisan enamel. Secara komersial
penggunaan aluminium murni tidak menguntungkan, sehingga harus dicampur dengan
logam lainnya untuk mengurangi biaya dan memperbaiki daya tahannya terhadap
korosi. Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai campuran pada pembuatan
wadah. Pengalengan adalah cara pengolahan makanan untuk memperluas kehidupan
rak. Idenya adalah untuk membuat makanan yang tersedia dan bisa dimakan lama
setelah waktu pemrosesan. Meskipun makanan kalengan sering diasumsikan rendah
nilai gizi (akibat proses pemanasan), beberapa kaleng makanan yang bergizi
unggul-dalam beberapa cara-bentuk alami mereka. Secara umum, masyarakat luas
sudah mengetahui produk pengalengan itu seperti apa, namun hanya sedikit yang
mengetahui mengenai sejarah pengalengan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas mengenai sejarah pengalengan dan pengalengan secara umum.
Pada tahun
1804 pada belahan benua Eropa. Disana terdapat sesorang yang kiat mengembangkan
produk komersil berupa makanan kaleng ,dia adalah Nicholas Appert. Orang yang
pertama kali menemukan cara mengawetkan makanan di dalam kaleng atau istilahnya
dengan pengalengan. Usahanya dimulai pada tahun 1795 dan baru membuahkan hasil
sembilan tahun kemudian pada tahun 1804.
Pada saat
itu juga para ilmuwan mencoba menjelaskan mengapa makanan yang dipanaskan itu
bisa awet dan saat itu pula menjadi perdebatan yang sangat ramai bagi kalangan
ilmuwan. Kemudian ada seorang ilmuwan yang namanya tidak asing bagi kita yaitu
Louis Gay-Lussac menjelaskan mengapa makanan yang dipanaskan bisa awet. Lussac menjelaskan bahwa penyebab
kerusakan makanan adalah adanya oksigen. dengan pemanasan, oksiden terusir
keluar melalui uap air dari panas sehingga makanan jadi awet. Pernyataan Lussac
tersebut salah.
Menurut
Choles (2003), pada tahun 1861 Louis Pasteur memberikan penjelasan bahwa
sebetulnya pemanasan dapat membunuh mikroba dan penutupan botol secara rapat
dapat mencegah masuknya mikroba makanan. Dengan pernyataan tersebut timbulah
mekanisme pengawetan makan dengan istilah pateurisasi dimana teknik tersebut
melibatkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu sterilisasi Appert. Sehingga
makanan yang diawetkan dengan pateurisasi tersebut mempunyai rasa lebih enak
dari cara Appert. Kemudian teknik
tersebut diaplikasikan untuk mengawetkan makanan yang bersifat asam seperti
buah dan asinan.Karena secara alami produk-produk tersebut bersifat asam,yang
memiliki daya bunuh terhadap mikroba sehingga tidak lagi memerlukan sterilisasi
secara total. Atas karyanya yang luar biasa tersebut,pada tahun 1809 Appert
menerima hadiah 1200 Franc dari pemerintah Perancis.
Fenoma ini
kemudian berkembang pada Negara Inggris pada saat itu. Para ahli pangan dan
industriawan mendirikan pengwetan makanan dengan menggunkan pemanasan. Lain
halnya dengan Nicholas Appert yang mengawetkan makanan dengan cara mendidihknya
selama berjam-jam dalam botol gelas bersih yang tertutup rapat dengan gabus. Di
Inggris pada tahun 1810 Peter Durand menemukan pengawetan makanan dengan
kemasan kaleng. Kemudian tahun 1851 diselenggarakan pameran makanan,mulai saat
itulah makanan kaleng melambung pesat. Kemudian Angkatan Laut Inggris
menginginkan makanan kaleng yang murah pada kontraktor pabrik makanan kaleng.
Sehingga banyak pabrik memotong biaya pengolahan dan bahan mentah. Akibatnya
mutu dari makanan kaleng tersebut menurun yang menyebabkan reputasi mkanan
kaleng tersebut menurun juga. Pada tahun 1890-an Samuel Cate Presscot dan
William Lyman Underwood menjelaskan ilmiah pasteurisasi dengan ilmu dan
teknologi modern sehingga proses sterilisasi makanan dapat dikendalikan secara
baik dan tepat.
1.2. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Memperkenalkan berbagai jenis bahan kemasan kaleng
yang sering digunakan sebagai pelindung makanan atau produk pangan dan
produk-produk pasca panen
2.
Mengetahui karakteristik masing masing kemasan kaleng
tersebut
3.
Mampu mengidentifikasi jenis kemasan kaleng
berdasarkan karakteristiknya
BAB II
ISI
2.1. Landasan Teori
Wadah logam dalam
bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno sebagai lambang
prestis. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetanbahan pangan
pertaman sekali di kembangkan pada tahun 1809, yaitu padazaman kerajaan
pemerintahan Napaleon Bonaparte. Tahun 1871 wiliam underwood mengalengkan
makanan yang pertama diamerika. Pada awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara
manual. Pada tahun ditemukan kaleng yang berasal dari aerosol, tapi untuk saat
ini banyak kaleng aerosol yang dipertentangkan karena dapatmerusak lapisan ozon
(Thomas, 1996).
Kerusakan
yang dapat terjadi pada bahan pangan yang dikemas dengan kemasan kaleng
terutama dalah kerusakan kimia, meski demikian kerusakan biologis juga dapat
terjadi. Kerusakan kimia yang paling banyak terjadi pada makanan yang dikemas
dengan kemasan kaleng adalah hydrogen swell . Kerusakan lainnya adalah
interaksi antara bahan pembuat kaleng yaitu Sn dan Fe dengan makanan yang dapat
menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan, kerusakan mikrobiologis dan
perkaratan (korosi). Hydrogen Swell Hydrogen swell terjadi karena adanya
tekanan gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara asam pada makanan
dengan logam pada kaleng kemasan. Hydrogen swell disebabkan oleh:
- meningkatnya keasaman bahan
pangan
- meningkatnya suhu penyimpanan
- ketidaksempurnaan pelapisan
bagian dalam dari kaleng
- proses exhausting yang tidak
sempurna
- terdapatnya
komponen terlarut dari sulfur dan pospat (Ismayana B. 1989).
2.2. Pembahasan
Karakteristik
bahan logam dibandingkan bahan non logam Keuntungan
wadah kaleng untuk makanan dan minuman :
-
mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi
- barrier yang baik terhadap gas, uap air,
jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis.
-
Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke
bahan
yang
dikemas.
- Tahan
terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim
- Mempunyai permukaan yang ideal untuk
dekorasi dan pelabelan.
Bentuk kemasan dari bahan logam yang digunakan
untuk bahan pangan yaitu :
- bentuk
kaleng tinplate
- kaleng
alumunium
- bentuk
alumunium foil
Kaleng tinplate banyak
digunakan dalam industri makanan dan komponen utama untuk tutup botol atau
jars. Kaleng alumunium banyak digunakan dalam industri minuman. Alumunium foil
banyak digunakan sebagai bagian dari kemasan bentuk kantong
bersama-sama/dilaminasi dengan berbagai jenis plastik, dan banyak digunakan
oleh industri makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya.
Plat timah (tin plate) adalah
bahan yang digunakan untuk membuat kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja
dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa lembaran atau gulungan baja
berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan timah putih
berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng. Digunakan untuk produk yang
mengalami sterilisasi.
1.
Pembuatan Tin Plate
Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari
plat timah (tin plate) yang terdiri dari : lembaran dasar baja dilapisi timah
putih (Sn) dengan cara pencelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau
dengan elektrolisa. Pelapisan kaleng dengan cara hot dipped merupakan cara yang
lama dimana lembaran baja dicelupkan ke dalam cairan timah panas, sehingga
diperoleh lapisan timah yang terlalu tebal dan tidak menarik. Pelapisan dengan
cara elektrolisa adalah cara yang lebih moderen yaitu pelapisan dengan
menggunakan listrik galvanis sehingga dihasilkan lapisan timah yang lebih tipis
dan rata. Pembuatan kaleng plat timah secara tradisional dilakukan dengan
memukul besi hingga gepeng dan tipis kemudian direndam dalam larutan asam hasil
fermentasi, sehingga prosesnya disebut dengan pickling. Pada pembuatan kaleng
plat timah secara mekanis , pengasaman dilakukan dengan menggunakan asam
sulfat, sedangkan proses pelembaran dengan menggunakan tekanan tinggi. Lembaran
plat timah ini dapat dibuat menjadi kaleng yang berbentuk hollow (berlubang),
atau flat can yaitu kaleng yang digepengkan baru kemudian dibentuk kembali.
2. Jenis-Jenis Kaleng Plat Timah
Di dalam perkembangannya ada beberapa jenis kaleng
yaitu :
- kaleng baja bebas timah
(tin-free steel)
- kaleng 3 lapis (three pieces
cans)
- kaleng lapis ganda (two
pieces cans)
Plat timah
atau tin plate adalah lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah dengan
ketebalan 0.15 – 0.5 mm. Kandungan timah putih pada kaleng plat timah berkisar
antara 1.0-1,25% dari berat kaleng,
Kandungan timah putih ini bisanya dinyatakan dengan TP yang diikuti dengan
angka yang menunjukkan banyaknya timah putih, misalnya pada TP25 mengandung
timah putih sebanyak 2.8 g/m2, TP50 = 5.6 g/m2, TP75 = 8.4 g/m2 dan TP100 =11.2
g/ m2. Kaleng bebas timah (tin-free-steel=TFS) adalah lembaran baja yang tidak
dilapisi timah putih. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk pengalengan
makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT), yaitu lembaran baja
yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga terbentuk khromium oksida di
seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu harganya
murah karena tidak menggunakan timah putih, dan daya adhesinya terhadap bahan
organik baik. Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat lebih tinggi, sehingga
harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya (permukaan dalam dan luar).
Berdasarkan komposisi lapisan kaleng, cara melapisi dan komposisi baja penyusun
kaleng, maka kaleng dibedakan atas beberapa tipe Kaleng Tipe L = Low Metalloids adalah kaleng
yang mempunyai daya korosif rendah, sehingga dapat digunakan untuk makanan yang
berasam tingi. Kaleng tipe MR (Medium Residual) dan tipe MC (Medium Metalloids
Cold Reduces) adalah kaleng yang mempunyai daya korosif rendah sehingga
digunakan untuk makanan berasam rendah. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal
digunakan untuk makanan dengan daya korosif yang tinggi.
Kelebihan
dari tin plate adalah mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat disolder. Tetapi
kekurangannya adalah terjadi penyimpangan warna permukaan tin plate karena
bereaksi dengan makanan yang mengandung sulfur, yang disebut dengan sulphur staining/feathering
(terbentuknya noda sulfur pada permukaan tin plate). Kekurangan ini dapat
diatasi dengan proses lacquering dan pasivitasi yaitu melapisi tin plate dengan
lapisan krom setebal 1-2 mg/m2. Proses lacquering dan pasivitasi dapat
memperpanjang daya simpan tin plate dan mencegah terjadinya sulphur staining.
Pelapisan tin plate dengan pelumas seperti minyak biji kapas , minyak sintetis
(parafin oil) dan dibutil sebakat aman untuk kesehatan manusia. Lapisan tipis
dari minyak diserap oleh film lacquer. Sebagian besar proses pasivitasi
ilakukan secara cathodis dichromate, dimana lapisan dalam lebih tebal dari
lapisan luar.
Saat ini
pembuatan kaleng plat timah sudah lebih moderen dimana kaleng dibuat di pabrik
kaleng sedangkan penutupan dilakukan di pabrik pengalengan makanan. Pembuatan
kaleng Dua Lembar (Two piece-cans) Kaleng dua lembar adalah kaleng yang dibuat
dari bahan baku plat timah, aluminium atau lakur (alloy). Pembuatan kaleng dua
lembar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses draw-andwall- iron (DWI)
dan proses draw-and-redraw (DRD). Proses DWI menghasilkan kaleng dengan dinding
yang tipis dan digunakan untuk memproduksi kaleng aluminium untuk minuman
berkarbonasi dimana bahan pengemas mendapat tekanan setelah pengisian. Kaleng
DRD mempunyai dinding yang lebih tebal dan dapat digunakan untuk mengemas bahan
pangan yang disterilisasi dimana diperlukan adanya ruang vakum (head-space)
pada kaleng selama pendinginan. Kaleng DWI (Draw and Wall Iron) Urutan proses
pembuatan kaleng DWI dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Bahan pembuat kaleng adalah plat timah dan aluminium dengan ketebalan
masing- masing 0.3 dan 0.42 mm.
- Sekeliling lembaran ditekan ke dalam berbentuk mangkuk atau lekukan
untuk memperoleh lekukan yang dangkal.
- Lekukan dilewatkan berturut-turut pada lingkaran logam (annular rings)
untuk mengurangi ketebalan dinding lekukan sampai kira-kira 1/3 dari ketebalan
awal dan tingginya tiga kali tinggi semula. Proses ini disebut dengan Wall
Ironed.
- Setelah bentuk dasar terbentuk, maka kaleng dipotong sesuai dengan
ukuran yang diinginkan.
- Penutupan
dengan cara double seaming setelah pengisian.
Sistem
pelapisan bagian dalam dilakukan dengan cara spray dan oven. Jenis enamel yang
digunakan tergantung dari bahan pembuat kaleng dan produk yang akan dikemas,
dan biasanya berupa epoksi fenolik, epoksiamin dan senyawa-senyawa vinil.
Modifikasi dari proses DWI dapat dilakukan dengan cara :
o Memperkecil ukuran diameter dari leher kaleng yang dapat memperbaiki
penampilan dan kekuatan kaleng untuk ditumpuk, serta menghemat penggunaan
logam.
o
Ring-pull-tabs atau full-aperture untuk memudahkan membuka kaleng.
o Disain cetakan dengan menggunakan komputer dan penggunaan tinta yang
tahan terhadap abrasi, yang memungkinkan badan kaleng dicetak sebelum dibentuk.
Tinta kemudian ditarik dengan logam selama proses DWI untuk menghasilkam disain
yang diinginkan pada produk akhir.
Kandungan Sn Dalam Makanan
Kaleng
Timah putih
(Sn) baik dalam bentuk alloy maupun murni, sudah sejak lama dikenal sebagai
logam yang aman digunakan untuk menyiapkan dan mengemas makanan. Hal ini
disebabkan karena sifatnya yang tahan korosi dan daya racunnya kecil. Pada saat
ini lebih dari 50% produksi Sn di dunia dipakai untuk melapisi kaleng dalam
pembuatan tin plate yang penggunaan utamanya untuk mengemas makanan. Logam Sn
dan Fe yang merupakan logam dasar pembuat kemasan termasuk ke dalam golongan
logam berat, sehingga jika produk pangan kalengan terkontaminasi oleh logam ini
dan makanan itu dikonsumsi oleh manusia dapat menimbulkan keracunan. Hal ini
disebabkan toksikan dari logam berat mempunyai kemampuan untuk berfungsi
sebagai kofaktor enzim, akibatnya enzim idak dapat berfungsi sebagaimana
biasanya sehingga reaksi metabolisme terhambat.
Epoksi-fenolik,
merupakan pelapis yang banyak digunakan, bersifat tahan asam serta mempunyai
resistensi dan fleksibilitas terhadap panas yang baik. Digunakan untuk
pengalengan ikan, daging, buah, pasta dan produk sayuran. Pada pelapisan dengan
epoksi fenolik juga dapat ditambahkan zink oksida atau logam aluminium bubuk
untuk mencegah sulphur staining pada produk daging, ikan dan sayuran. Ukuran
kaleng dapat dinyatakan dengan penomoran sebagai berikut : 211 x 300 atau 303 x
406.
Tiga digit yang pertama (yaitu 211 atau 303) menyatakan diameter kaleng sedangkan 3 digit terakhir menyatakan tinggi kaleng. Angka pertama dari diameter kaleng atau tinggi kaleng menyatakan satuan inchi, sedangkan 2 angka terakhir menunjukkan 1/16 inchi. Contoh kaleng dengan ukuran 211 x 300, menunjukkan diameter kaleng adalah 2 11/16 inchi dan tinggi 3 inchi. Kaleng dengan ukuran 202 x 214 mempunyai diameter 2 2/16 inchi dan tinggi 2 14/16 inchi. Ukuran kaleng yang berbentuk silinder dicirikan oleh dua dimensi yaitu diameter dan tinggi, dengan nilai nominal tertentu
Tiga digit yang pertama (yaitu 211 atau 303) menyatakan diameter kaleng sedangkan 3 digit terakhir menyatakan tinggi kaleng. Angka pertama dari diameter kaleng atau tinggi kaleng menyatakan satuan inchi, sedangkan 2 angka terakhir menunjukkan 1/16 inchi. Contoh kaleng dengan ukuran 211 x 300, menunjukkan diameter kaleng adalah 2 11/16 inchi dan tinggi 3 inchi. Kaleng dengan ukuran 202 x 214 mempunyai diameter 2 2/16 inchi dan tinggi 2 14/16 inchi. Ukuran kaleng yang berbentuk silinder dicirikan oleh dua dimensi yaitu diameter dan tinggi, dengan nilai nominal tertentu
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini yaitu:
1. Kaleng jenis Two piece kemudahannya untuk
dibentuk, penampilan yang menarik dan kehigienisan yang cukup tinggi. Namun
terdapat kekurangan yaitu mudah penyok dan harga yang agak mahal, yang ketiga
adalah three piece can. Secara umum sama seperti two piece can.
2. Aluminium
merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan daripada
baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan
masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.
3. pembuatan
kaleng plat timah sudah lebih moderen dimana kaleng dibuat di pabrik kaleng
sedangkan penutupan dilakukan di pabrik pengalengan makanan. Pembuatan kaleng
Dua Lembar (Two piece-cans) Kaleng dua lembar adalah kaleng yang dibuat dari
bahan baku plat timah, aluminium atau lakur (alloy).
3.1. Saran
Adapun saran
untuk kali ini yang ingin saya sampaikan yaitu mengenai penggunaan pengemasan
kaleng yang terbuat dari bahan aerosol yang diman dalam penggunaan jenis kaleng
ini dapat merusak lapisan ozon dan juga penanggulangan dari bahan pembuat
kaleng yang lebih aman dan baik untuk kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
St.Ismayana B, Syarief, R.,
S.Santausa . 1989. Teknologi
Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Thomas, S. Khaiharu. Menejemen
Pengemasan. Salemba Empat. Jakarata.